MENGGAGAS SISFOKAMPUS


ERA Teknologi informasi –menurut Anthony Giddens- merupakan zaman pascamodern yang terjadi setelah negara-negara barat mengalami proses industrialisasi yang bersifat massif dan revolusioner. Hal ini ditandai dengan semakin sempitnya jarak dan waktu antar komunitas masyarakat yang melewati batas-batas teritorial suatu Negara. Marshal McLuhan menggambarkan fenomena ini sebagai Global Village.

Teknologi informasi/komunikasi merupakan bidang yang mengalami perkembangan paling pesat. Selain karena tuntutan kecepatan dan kepraktisan pemakaian yang sudah menjadi trend setter (sebagai konsekuensi logis dari globalisasi informasi), juga karena adanya image bahwa kemajuan senantiasa terkait dengan sejauh mana masyarakat atau seseorang mengetahui, memahami, menggunakan bahkan sampai memodifikasi teknologi informasi.

Sebagai kawah candradimuka bagi para calon intelektual dan ilmuwan, adalah wajar bahwa kampus menjadi basis penelitian dan pengembangan dari teknologi informasi (TI). Sebagai langkah awal menuju ke sana, maka idealnya kampus harus memiliki pelayanan yang berbasis teknologi informasi tersebut. Bahwa sulit rasanya civitas akademika –terutama para alumnus- akan mengusai TI sementara kampus belum membiasakan mereka minimal mengetahui dan memahami TI. Selain itu, tuntutan profesionalisme pelayanan juga mengharuskan kampus untuk secara bersungguh-sungguh memperhatikan masalah ini. Bagaimanapun, hal tersebut hanya bisa terwujud jika dan hanya jika kampus sudah menjalankan pelayanan berbasis TI.

Modernisasi Perguruan Tinggi Dengan SisfoKampus

Modernisasi kampus merupakan pola kebijakan yang terstruktur dan sistematis untuk menjadikan kampus sebagai elemen terdepan dalam penelitian dan pengembangan IPTEK, dalam hal ini teknologi informasi. Kampus harus berusaha menjadi pelopor pengembangan TI sebagai wujud Tri Darma Perguruan Tinggi. Artinya, modernisasi kampus memerlukan sebuah planning yang benar-benar matang dan terencana sehingga perubahan yang terjadi bukan hanya sekedar “perubahan”, tapi memang perubahan yang telah dicita-citakan. Oleh karena itu, ada tahap-tahap yang harus dilalui. Ada langkah-langkah yang mesti dijalankan.

Karena bersifat strategis, modernisasi kampus berkait langsung dengan aspek kebijakan. Kebijakan akan menentukan pola manajemen dari seluruh sumberdaya yang ada dalam penggunaan, pengembangan, dan pemeliharaan TI, mencakup masalah finansial, fasilitas/alat/sarana, maupun SDM yang mengelola.

Sisfo Kampus adalah sebuah Sistem Informasi Manajemen Perguruan Tinggi Indonesia yang Open Source dengan lisensi GNU/GPL (info lebih lanjut tentang GNU/GPL: http://www.gnu.org/). Proyek open source ini dimulai awal tahun 2003 oleh Tim Sisfo Kampus dengan hanya berbekal fasilitas seadanya. Sisfo Kampus memiliki sebuah motto yang menjadi semangat tim, yaitu: “Sistem yang turut tumbuh dan berkembang bersama Anda”. Sejalan dengan motto ini, perbaikan, pengembangan dan penyempurnaan Sisfo Kampus terus berlanjut sampai sekarang (Dewo,2006)

Sistem informasi kampus yang saat ini mulai menarik perhatian khalayak, merupakan solusi alternatif dalam pengembangan pelayanan berbasis TI di perguruan tinggi. Berbagai fasilitas yang ditawarkan produk ini sangat menjanjikan. Sebagai contoh, mahasiswa dapat mengetahui daftar nilai, jadwal kuliah, ataupun informasi terbaru seputar kampus via monitor touchscreen yang sudah tersedia. Database mahasiswa baru sampai alumnus juga dapat di akses secara mudah.

Sisfo Kampus terdiri dari 10 modul, yaitu: PMB (Penerimaan Mahasiswa Baru), Administrasi Akademik, Modul Kepala Akademik, Administrasi Dosen, Administrasi Keuangan Mahasiswa, Administrasi Sistem, Modul Master, Modul Dosen, Modul Mahasiswa dan Modul Alumni. Dan modul-modul ini terintegrasi dengan baik dalam membentuk alur bisnis perguruan tinggi dari awal sampai akhir (Dewo, 2006).

Metode seperti ini juga sangat membantu memudahkan pelayanan akademik yang selama ini masih bersifat konvensional.

Langkah Implementasi

Dalam sebuah seminar terbatas di FKIP Unlam, Ashar Asikin dari Pusat Komputer Universitas Islam Malang (UNISMA), memaparkan bahwa pembangunan database secara komprehensif meliputi hardware, software, dan brainware (SDM). Hardware dan software berkaitan dengan alat, sarana, maupun berbagai program aplikasi yang dibutuhkan. Sedangkan Brainware adalah Pengambil kebijakan dan SDM yang diserahi wewenang dalam pengelolaan seluruh sistem. Diusahakan agar implementasi bersifat swadaya, gradual (bertahap), dengan SDM yang telah disiapkan sebelumnya. Agar bisa berjalan secara optimal, maka diperlukan sebuah tim yang solid untuk pengelolaan seluruh sistem yang ada, yang meliputi database, jaringan, dan programming.

Dalam prakteknya, kampus-kampus yang belum memiliki Sistem Informasi Kampus atau kampus yang bukan berbasis teknologi (seperti ITB), dapat melakukan kerjasama dengan lembaga konsultan training atau tim sisfokampus yang saat ini terdapat hampir diseluruh wilayah Indonesia. Karena Source code yang terbuka serta sifatnya yang opensystem, Sisfo Kampus dapat diperoleh, dipelajari dan dikembangkan lebih lanjut dengan lisensi GNU/GPL. Sehingga tidak heran banyak kalangan yang mengkhususkan pendalaman sistem ini. Selain itu, aplikasi yang dibutuhkan untuk menjalankan program ini relatif sederhana, murah (tinggal down load), dan tidak akan di sweeping.

Alih teknologi dan kompetensi bisa dilakukan dengan memberikan fasilitasi bagi SDM yang secara genuine dimiliki oleh setiap kampus. Karena dalam sistem ini, ketergantungan dengan Tim konsultan SisfoKampus nyaris diminimalisir, sehingga secara keseluruhan dapat memiliki TCO (Total Cost of Ownership) yang relatif rendah. Ini terutama bila ada bugs atau penambahan modul/fasilitas

Jangan lupa, Sosialisasi!

Rendahnya pemahaman masyarakat akan pentingnya TI merupakan salah satu kendala serius dalam pengembangan teknologi informasi. Ironisnya, hal itu juga terjadi di perguruan tinggi. Meski juga harus disadari, hal tersebut lebih disebabkan oleh faktor ketidaktahuan. Oleh karena itu, sosialisasi merupakan langkah yang harus dilakukan. Jangan sampai ketidaktahuan membuat mereka apatis bahkan sinis akan program Sisfokampus yang akan atau sedang berjalan. Sehingga pernyataan seperti “Kenapa harus di kerangkeng ?”, “buang-buang listrik negara”, bisa diminimalisir. Hal ini juga terkait dengan sejauh mana sistem ini bisa memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi masyarakat kampus sebagai pengguna –sekaligus mungkin sebagai pengembang. Karena meski teknologi ini relatif baru, tapi sesunggunya ia sangat mudah untuk digunakan.

Agar sosialisasi berjalan maksimal, maka pihak kampus dapat membuat sebuah program khusus tentang sosialisasi sisfoKampus. Upaya yang bisa ditempuh antara lain dengan mengadakan seminar sehari tentang SisfoKampus.

*) Pernah dipublikasikan pada rubrik opini Harian Radar Banjarmasin, Edisi 14 April 2007.