OUTPUT PENDIDIKAN KITA ; CERMIN KEGAGALAN PENDIDIKAN SEKULER


TUJUAN pendidikan adalah terbentuknya insan yang cerdas, trampil, dan memiliki moral yang baik. Manusia yang cerdas memiliki kemampuan dan kompetensi dalam memecahkan berbagai permasalahan hidup sesuai dengan bidang yang digelutinya. Dapat mensinergikan pengetahuan yang diperolehnya dengan dinamika zaman yang senantiasa berkembang. Semua kemampuan tersebut juga dikombinasikan secara sinergis dengan standar moral yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, dan tentu saja, tidak apriori dengan dimensi trensendental (ketuhanan).

Dengan pengamatan sekilas terhadap output dunia pendidikan nasional, kita sepakat bahwa tujuan tersebut belumlah tercapai. Harus kita akui, kurikulum yang digodok oleh pemerintah (yang sering gonta ganti, bongkar pasang, bahkan trial and error) belum memiliki arah yang jelas. Hasilnya, sering kita temui kebijakan yang "aneh" di lapangan.

Sebenarnya kita tidak kekurangan orang-orang yang mumpuni. Tapi -dengan tidak mengurangi apresiasi dengan usaha yang dilakukan pemerintah selama ini-, itu sebagian besar bukan produk "asli" dari kurikulum yang ada. Sebagaimana yang kita ketahui, beban studi yang harus ditanggung oleh peserta ajar kita terlampau berat. Dengan kondisi seperti itu sulit rasanya kita menghasilkan seorang ilmuwan yang benar-benar "ilmuwan". Apalagi ilmuwan di negeri ini bukanlah profesi favorit, dibandingkan dengan profesi artis misalnya. Hasilnya, tidak sedikit pakar dan tenaga ahli asal Indonesia yang akhirnya mencari nafkah di luar negeri karena masalah fee.

Para peserta ajar kita juga masih begitu mudah terbawa arus negatif dari proses globalisasi. Proses pendidikan kita ternyata tidak dapat menghasilkan sistem imun yang memadai bagi mereka akibat minimnya pelajaran agama, akhlak dan etika. Ilmu pengetahuan dan keterampilan yang tidak memiliki fondasi yang kokoh hanya menghasilkan para koruptor, manipulator, dan plagiator. Maraknya kasus kejahatan (seperti narkoba, pencurian, perkosaan, sampai perjudian) ternyata banyak melibatkan pelajar sekolah/universitas. Tawuran antara pelajar juga nyaris tak pernah sepi menghias berita diberbagai media. Selain itu, dinamika kehidupan politik dan perilaku para birokrat kita juga dengan sangat telanjang memperlihatkan "prestasi" sistem pendidikan kita. Bukankan mereka adalah orang-orang yang dulunya pernah mengecap bangku sekolah?
Terbukti sudah bahwa sistem pendidikan sekuler yang selama ini diterapkan di negara kita telah gagal. Sekaranglah saatnya kita menengok kembali Sistem Pendidikan Islam yang selama berabad-abad telah terbukti menghasilkan ulama-ilmuwan yang menjadi cahaya peradaban dunia. Selain murah meriah –bahkan gratis-, juga memiliki kurikulum yang dapat menjamin terbentuknya kecerdasan komprehensif bagi peserta didik. AKAN TETAPI, EFEKTIFITAS SISTEM PENDIDIKAN ISLAM HANYA BISA DIRASAKAN JIKA DAN HANYA JIKA DITERAPKAN OLEH NEGARA YANG SEMUA SISTEMNYA BERSUMBER DARI ISLAM. Sistem pemerintahan dalam Islam disebut KHILAFAH / IMAMAH

Kurikulum versi sekuler –yang menafikan peran Tuhan dalam mengatur kehidupan- tidak bakalan mampu menghasilkan peserta didik yang memiliki kecerdasan holistik. Banyak bukti yang bisa kita saksikan. Kemajuan material luar biasa yang diperoleh negara-negara barat juga dibarengi oleh berbagai bencana kemanusiaan yang dahsyat. Sementara itu, sistem ekonomi kapitalistik telah membuat negeri yang kaya raya ini dihuni oleh puluhan juta rakyat miskin, selain menyebabkan minimnya anggaran yang tersedia di kas Negara sehingga pemerintah secara perlahan berlepas tangan dalam membiayai berbagai program pembangunan, khususnya sektor pendidikan. Hasilnya, pendidikan menjadi barang mewah bagi sebagian besar masyarakat. Oleh sebab itu, menerapkan Sistem Pendidikan Islam dalam bingkai Negara Islam (Khilafah) sangat relevan dengan kondisi saat ini. Selain merupakan konsekuensi keimanan terhadap Dien Nya, diterapkannya Islam secara Kaffah merupakan garansi kebahagiaan di dunia (dengan terciptanya masyarakat yang adil, makmur, dan sejahtera), serta di akhirat kelak (memperoleh syurga-Nya). Wallahu’alam Bis Showab.